HAL GHOUTSU
HADZA ZAMAN Ra.
, (2 hal. 64), (4 hal. 146), (1 hal. 138)
Referensi :
Kuliyah Wahidiyah, 1 Muharram
1425 H
Risalah tanya Jawab Sholawat
Wahidiyah dan ajarannya, 1 Rojab 1423.
Bahan Up Grading Da’i Wahidiyah,
1 rajab 1429.
I. PENGERTIAN GHOUTS
Arti “GHOUTS” menurut bahasa
adalah “PERTOLONGAN”. Menurut istilah adalah kedudukan salah satu Waliyulloh
yang diangkat sebagai Pemimpin para Waliyulloh ( Sulthoonul - Auliyaa ) atau
Qothbul - Aqthob pada zamannya, juga sebagai penuntun, pembimbing dan penolong
umat. Penuntut kepada kebaikan, pembimbing kepada keselamatan dan kebahagiaan
yang diridloi Allah wa Rosuulihi SAW dan penolong dan berbagai kesulitan,
kesusahan dan problem-problem lainnya.
Jadi Ghoutsu Hadzaz Zaman
adalah pemimpin para waliyulloh dan penolong umat pada zaman sekarang. Kalimah
“GHOUTS” disini berbentuk isim mashdar yang bermakna isim fa’il (penolong).
II. ADANYA GHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA
Sudah menjadi
Sunnatulloh-Bijaahi Rosuulihi SAW-Allah memilih salah satu diantara hamba-NYA
dijadikan Suthoonul - Auliyaa di zaman yang bersangkutan, yang juga disebut
“GHOUTS ZAMAANIHI”. Jika meninggal dunia diganti, meninggal diganti dan
seterusnya sampai dekat hari qiyamaah.
Disebutkan dalam suatu hadits
yang diriwayatkan dan Ibni mas’ud RA.
قَالَ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلهِ تَعَالَى فِى الْأَرْضِ ثَلَاثُمِائَةٍ
قُلُوْبُهُمْ عَلَى قَلْبِ آدَمَ، وَلَهُ أَرْبَعُوْنَ قُلُوْبُهُمْ عَلَى قَلْبِ
مُوْسَى وَلَهُ سَبْعَةٌ قُلُوْبُهُمْ عَلَى قَلْبِ إِبْرَاهِيْمَ وَلَهُ خَمْسَةٌ
قُلُوْبُهُمْ عَلَى قَلْبِ جِبْرِيْلَ وَلَهُ ثَلَاثَةٌ قُلُوْبُهُمْ عَلَى
مِيْكَائِيْلَ وَلَهُ وَاحِدٌ قَلْبُهُ عَلَى قَلْبِ إِسْرَافِيْلَ فَإِذَا مَاتَ
الْوَاحِدُ أَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهُ مِنَ الثَّلَاثَةِ وَإِذَا مَاتَ مِنَ
الثَّلَاثَةِ أَبْدَلَ اللهِ مِنَ الْخَمْسَةِ.... الحديث (كذا فى شواهد الحق :
197)
Sabda Rasuulillah Shollalloohu
‘alaihi wasallam :
“Sesungguhnya Allah mempunyai
300 hamba di bumi yang hatinya sebagaimana hatinya Nabi Adam AS. Dan 40 hamba
yang hatinya sebagaimana hatinya Nabi Musa AS. Dan 7 hamba yang hatinya
sebagaimana hatinya Nabi Ibrohin AS dan 5 hamba yang hatinya sebagaimana
hatinya malaikat Mikail AS, dan satu hamba yang hatinya sebagaimana hatinya
malaikat Isro’fil AS. Bilamana hamba satu ini wafatnya, maka Allah mengangkat
salah satu dari tiga hamba (tingkat bawahnya) sebagai gantinya ........dst.
Sebagian Arifin mengatakan :
وَالْوَاحِدُ الْمَذْكُوْرُ
فِى هَذَا الْحَدِيْثِ هُوَ الْقُطْبُ وَهَوُ الْغَوْثُ عَلَيْهِ السَّلَامُ
مَكَانَهُ وَمَكَانَتُهُ مِنَ الْأَوْلِيَاءِ كَالنُّقْطَةِ مِنَ الدَّائِرَةِ
الَّتِى هِىَ مَرْكَزُهَا بِهِ صِلَاحُ الْعَالَمِ اهـ (شواهد الحق : 197)
Artinya : “Yang dimaksud
“Al-Wahid” dalam hadits tersebut diatas adalah “Al-Quthbu” juga “Al-Ghouts”,
yang tempat dan kedudukannya dari para Waliyulloh sebagai titik tengah dari
suatu lingkaran yang Beliau itu sebagai porosnya (asnya ) yang sebab beliau
akan tercipta kebaikan alam ini”. Disebutkan
dalam kitab “Syawahidul - haq” hal. 197
Dalam kitab Yawaqit Juz hal.
61 dan dalam kitab Jami’u Karomatil Auliyaa hal. 69 Juz I disebutkan:
الْأَقْطَابُ الْمُصْطَلَحُ
عَلَيْهِمْ فِيْمَا بَيْنَ الْقَوْمِ لَايَكُوْنُ مِنْهَا فِى الزَّمَانِ إِلَّا
وَاحِدٌ وَهُوَ الْغَوْثُ
Artinya : “AL-AQTHOB” menurut
istilah ahli tasyawuf yang berlaku dikalangan mereka, dalam setiap zaman hanya
satu yaitu “GHOUTS”.
إِذَا مَاتَ الْقُطْبُ الْغَوْثُ انْفَرَدَ
اللهُ بِتِلْكَ الْخَلْوَةِ لِقُطْبٍ آخَرَ (يواقيت ثانى : 8)
Artinya : “Jika seorang Quthbu
yang berpangkat Ghouts meninggal dunia, maka Allah mengangkat Quthbu lain untuk
mengisi kekosongan”. (Yawaqiit
Juz II hal. 8).
فَلَايَخْلُو زَمَانٌ مِنْ
رَسُوْلٍ يَكُوْنُ فِيْهِ، وَذٰلِكَ هُوَ الْقُطْبُ الَّذِى هُوَ مَحَلُّ نَظْرِ
اللهِ مِنَ الْعَالَمِ، وَلَيْسَ الرَّسُوْلُ فِى هٰذِهِ رَسُوْلُ التَّشْرِيْعِ
وَلَكِنْ رَسُوْلٌ لِتَتْمِيْمِ أَمْرِ دِيْنِهِمْ وَالْوُصُوْلُ إِلَى اللهِ
وَرَسُوْلِهِ
Artinya : “Maka pada setiap
zaman tidak sepi dan adanya seorang Rasul, dan itulah yang disebut “QUTHBU”
yang merupakan tempat pandangannya Allah dan alam, yang dimaksud Rasul disini
bukanlah Rosulut - Tasyri’ (Rasul yang mengajarkan syariat baru sebagaimana
para Rasul Allah) melainkan Rasul untuk menyempurnakan urusan agama umat dan
menuntun mereka untuk wusul sadar kepada Allah wa Rosuulihi SAW”. (Yawaqiit II hal. 8).
III. PRIBADINYA GHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA.
Di dalam menjalankan fungsinya
sebagai “Ghoutsu Zamanihi”, para beliau tersebut tidak sama kebijaksanaannya
satu sama lain. Ada yang memproklamirkan diri seperti Asy Syaikh ‘Abdul Qodir
Jailani Rodliyallahu ‘anhu. Ada lagi yang harus merahasiakan diri seperti Syekh
Abdus Salam bin Masyisy dan lain-lain. Ada lagi yang diberi kewenangan boleh
merahasiakan dan boleh memproklamirkan. Yang kesemuanya itu “Bijaa Syaa-a
Robbul ‘alamiin (dengan kehendak Tuhan seru sekalian alam).
Adapun Pribadi Ghoutsi Hadzaz
Zaman RA. termasuk yang dirahasiakan. Dan dirahasiakannya itu karena keadaan
para Ghouts itu memang dirahasiakan oleh Tuhan Yang Maha Tahu dan Maha
Bijaksana, untuk menjaga keselamatannya dan keselamatannya umat terutama mereka
yang tidak menyadari atau tidak mengakui atas kedudukan beliau.
Disebutkan dalam kitab
Syawaahidul-Haq hal. 196 bahwa sebagian ‘Arifin (Ba’dul ‘Arifin) mengatakan:
وَقَدْ سُتِرَتْ أَحْوَالُ
الْغَوْثِ وَهُوَ الْقُطْبُ عَلَيْهِ السَّلَامُ عَنِ الْعَآمَّةِ وَالْخَآصَّةِ
غَيْرَةً مِنَ الْحَقِّ تَعَالَى (شواهدالحق : 196)
Artinya : “Sungguh
dirahasiakan - perilaku ( ahwal ) nya Ghouts / Al Quthbu dari orang mukmin dan
orang-orang khosh - karena Tuhan Yang Maha Benar tidak senang terhadap bahaya
yang menimpa dirinya”.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ مَنْ آذَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ
بِالْحَرْبِ (رواه البخارى)
قَوْلُهُ آذَنْتُهُ اَىْ أَظْهَرْتُ
بِمُحَارَبَتِى (التبيان)
Artinya : Dari Abi Huroiroh
r.a. dan Nabi Shollalloohu ‘alaihi wassalam: “Bahwa Allah ‘azza wa jolla
berfirman : “Barang siapa yang mengganggu kekasih-Ku, maka sesungguhnya AKU
akan memusuhinya”.
(HR. Bukhori).
Dan dikatakan:
وَيَكُوْنُ تَظَاهُرُهُمْ
بِالاِشْتِغَالِ بِالْعِلْمِ الْكَسْبِيِّ حِجَابًا عَلَيْهِمْ لِكَوْنِ الْقُطْبِ
مِنْ شَأْنِهِ الْخَفَاءُ
Artinya : “Dan keadaan
lahiriyah mereka (para Quthbu) ialah istighol (menyibukkan diri seperti umumnya
ulamna’ lain) dalam bidang ilmu kasbi (ilmu syariat) untuk merahasiakan
maqomnnya, karena sebagian dan keadaan Quthbi itu memang dirahasiakan”.
هَلْ يَكُوْنُ مَحَلُّ
إِقَامَةِ الْقُطْبِ بِمَكَّةَ كَمَا هُوَ مَشْهُوْرٌ؟ فَالْجَوَابُ وَهُوَ
بِجِسْمِهِ حَيْثُ شَاءَ اللهُ لَايُتَقَيَّدُ بِالْمُكْثِ فِى مَكَانٍ
بِخُصُوْصِهِ وَمِنْ شَأْنِهِ الْخَفَاءُ فَتَارَةً يَكُوْنُ حَدَّادًا وَتَارَةً
تَاجِرًا وَتَارَةً يَبِيْعُ الْفُوْلَ. والله أعلم (يواقيت 2 : 81)
Artinya : “Apakah tempat
kedudukan Quthbu itu selalu mesti di Mekkah seperti yang dinashurkan ?
Maka jawabannya : Adapun
tentang jasad atau pribadi Quthbu itu adalah menurut kehendak Allah, tidak
ditentukan berada di suatu tempat tertentu. Yang jelas sebagian dan Syaknul -
Quthbi adalah samar (rahasia). Maka sekali tempo ada Quthbu sebagai tukang
besi, ada yang menjadi pedagang, ada yang menjual polowijo dan lain-lain. Dan
Allahlah Yang Maha Mengetahui”. (Yawaqit
Juz II hal. 81)
Syaikh Ar-Rozi mengatakan:
اِعْلَمْ أَنَّ الشَّيْخَ
الْمُرْشِدُ لَمْ يَزَلْ مَسْتُوْرًا بَيْنَ أَوْلِيَاءِ اللهِ فَضْلًا عَنْ
غَيْرِهِمْ مِنَ الْعَوَامِ فَلَايَعْرِفُهُ إِلَّا أَرْبَابَ الْبَصَائِرِ دُوْنَ
أَهْلِ الظَّوَاهِرِ
Artinya : “Ketahuilah bahwa
sesungguhnya guru mursyid itu senantiasa dirahasiakan di antara Auliyaaillah,
lebih-lebih bagi orang umum, maka tidak ada yang mengetahui selain para ahli
bashiroh bukan ahli dhohir”.
Yang penting, sesuai dengan
dawuh-dawuh diatas kita percaya bahwa pada saat sekarang ini juga ada “GHOUTSUZ
ZAMAN”. Oleh beliau Hadrotul Mukarom Romo Kyahi Abdul Madjid Ma’ruf Shohibul
Wahidiyah kita dituntun dan dibimbing untuk berhubungan batiniyah dengan beliau
Ghouts Hadzaz Zaman dengan mengetrapkan “LILGHOUTS BILGHOUTS” dan memperbanyak
“ISTIGHOTSAH” dengan membaca:
يَـآأَيُّهَـا الْغَوْثُسَـلَامُ اللهْ عَـلَيْـكَ رَبِّـنِى بِــإِذْنِ
اللهْ
وَانْظُـرْ إِلَيَّ سَيِّدِى بِنَظْـرَةْ مُوْصِلَةٍ لِلْحَضْـرَةِ
الْـعَلِيَّـةْ
IV. TANDA-TANDA/CIRI KHAS YANG DIMILIKI PARA
GHOUTS
Tanda-tanda lahir dan para Ghouts
fi zamanihi itu tidak menyolok, yang jelas beliau-beliau adalah sebagai pejuang
kebenaran dan kesadaran kepada Allah wa Rosuulihi SAW sebagaimana sabda Nabi
SAW:
لَاتَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ
أُمَّتِى ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ (رواه الحاكم عن
عمر رضي الله عنه؛ حديث صحيح)
Artinya : “Dikalangan umatku
senantiasa tidak sepi dan adanya “Thoifah” (kelompok,) yang memperjuangkan
kebenaran sampai datangnya hari qiyamat”. (HR. Al-Hakim dan Sayyidina Umar RA).
Dan yang secara batiniyah para
Ghouts memiliki ciri-ciri khas, antara lain seperti yang disebutkan dalam kitab
Jami’ul Ushul hal.4
1. قَلْبُهُ
يَطُوْفُ اللهَ دَائِمًا
2. لَهُ سِرٌّ يَسْرِى فِى الْعَالَمِ كَمَا
يَسْرِى الرُّوْحُ فِى الْجَسَدِ أَوْ كَمَا يَسْرِى الْمَاءُ فِى الشَّجَرِ
3. وَهُوَ حَمْلُ هُمُوْمِ أَهْلِ الدُّنْيَا
1. Hatinya selalu thowaf bihadrotillah.
2. Beliau memiliki sirri yang dapat menerobos keseluruhan alam
seperti meratanya roh dalam jasad atau seperti menerobosnya air dalam
pepohonan.
3. Beliau menanggung (memprihatinkan) kesusahan/kesulitan ahli
dunia.
Dan beliau diberi wewenang :
JALAB dan SALAB.
JALAB : Meningkatkan derajat /
kesadaran seseorang.
SALAB : Mencabut / melorot
martabat / kesadaran seseorang.
Yang kesemuanya itu tak lepas
dari “BIIDZNILAAH”.
V. ISTIGHOTSAH KEPADA GHOUTSUZ ZAMAN RA.
ISTIGHOTSAH menurut arti bahasa adalah :
minta pertolongan. Menurut istilah yang dilakukan di dalam Wahidiyah ialah
mohon pertolongan, bimbingan, nadroh, do’a restu dan lainnya kepada Beliau
Ghouts RA. Dan beliau menyampaikan dan memohonkan kepada Allah SWT.
Jadi beliau Ghouts r.a.
sebagai wasilah (perantara) diantara mustaghist (yang mohon pertolongan) dengan
Allah SWT. Secara “majazi” datangnya pertolongan itu dan beliau Ghouts r.a dan
hakikinya adalah dan Allah SWT. Dengan ini istighotsah adalah sama dengan
“TAWASUL”.
ISTIGHOTSAH / TAWASSUL adalah
amal perbuatan yang telah dilakukan oleh para Shohabat, Tabi’in, Ulama’ Salaf
dan Kholaf yang telah dimufakati oleh seuruh Ulama ahli Sunnah wal Jama’ah.
ISTIGHOTSAH / TAWASSUL adalah
termasuk amal baik yang diperintahkan / dianjurkan.
Berdasarkan firman Allah SWT:
يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ (المائدة : ٣٥)
Artinya : “Wahai orang-orang
yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan usahakan wasilah (perantara) (untuk
menuju) kepadaNYA”.
Dan sabda Nabi SAW:
إِذَا أَضَلَّ أَحَدُكُمْ
شَيْأً أَوْ أَرَادَ عَوْنًا وَهُوَ بِأَرْضٍ لَيْسَ فِيْهَا أُنَيْسٌ فَلْيَقُلْ؛
عِبَادَ اللهِ أَغِيْثُوْنِى فَإِنَّ لِلهِ عِبَادًا لَاتَرَوْنَهُمْ (رواه
الطبرانى)
Artinya : “Jika salah satu
diantaramu kehilangan sesuatu atau membutuhkan pertolongan dan ditempatnya itu
tak ada seorangpun, maka berkatalah : “wahai hamba-hamba Allah, benilah aku
pertolongan!. Maka sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang kamu tidak
mengetahuinya”. (yakni hamba-hambanya itulah yang akan memberi pertolongan). (HR. At-Thobroni disebutkan
di Syawahidul haq, hal. 174)
Dalam kitab Syawahidul haq,
hal 143 disebutkan:
إِذَا عَلِمْتَ ذٰلِكَ
عَلِمْتَ أَنَّ التَّوَسُّلُ بِالْأَنْبِيَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ جَائِزٌ وَارِدٌ
عَنِ السَّلَفِ وَالْخَلَفِ سَوَاءٌ كَانُوْا أَحْيَاءً أَمْ أَمْوَاتًا
وَلَايُنْكِرُ ذٰلِكَ إِلَّا مَنِ ابْتُلِيَ بِالْحِرْمَانِ أَوْ سُوْءِ
الْعَقِيْدَةِ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْهُ وَمِنْ سَيْرَتِهِ (شواهد الحق : 142)
Artinya : “Jika kamu sudah
mengetahui dasar-dasar tersebut, maka kamu tahu bahwa sesungguhnya tawassul
dengan para Nabi dan para Wali itu boleh dan sudah berlaku mulai dan
orang-orang salaf dan kholaf, pada waktu masih hidupnya para Nabi dan Wali
ataupun sesudah wafatnya dan tak akan mengingkari dalam hal ini kecuali orang
yang dicoba dengan tertutupnya hati atau buruknya i’tiqod - Kami berlindung
pada Allah darinya dan dari perbuatannya”.
VI. KEUNTUNGAN BAGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN GHOUTS
RA.
Adapun keuntungan / faedahnya
banyak sekali, antara lain :
a. Terbukanya pintu kesadaran kepada Allah SWT.
Disebutkan dalam Kitab Jami’ul
- Ushul hal. 48:
قَلْبُ الْعَارِفِ حَضْرَةُ
اللهِ وَحَوَاسُّهُ أَبْوَابُهَا ، فَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيْهِ بِالْقُرْبِ
الْمُلَائِمِ لَهُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْحَضْرَةِ (جامع الأصول : 48)
Artinya : “Hatinya orang ‘Arif
Billah itu merupakan “Hadlrotulloh” dan panca inderanya sebagai pintu-pintu
hadlroh. Maka barang siapa yang mendekatkan diri kepada beliau dengan
pendekatan yang serasi dengan kedudukan beliau, akan terbukalah baginya
pintu-pintu hadlroh (kesadaran kepada Allah SWT)”.
b.
الْعَارِفُ أَثَرُهُ فِى
الْآخِذِيْنَ عَنْهُ بِأَمْدَادِهِ وَأَنْوَارِهِ أَكْثَرُ مِنْ أَثَرٍ فِيْهِمْ
بِأَذْكَارِهِمْ وَأَعْمَالِهِمْ (تقريب الأصول : 48)
Artinya : “Hasil tarbiyahnya
orang ‘arif dalam hatinya orang-orang yang mengambil darinya, dengan
pertolongan dan arwarnya itu lebih banyak dari pada hasilnya dzikir dan amal
perbuatan mereka sendiri”.
(Taqribul Ushul, hal : 48)
c.
لَوْ أَنَّ عَارِفًا بِاللهِ
فِى مَشْرِقِ الشَّمْسِ يَنْطِقُ بِحَقِيْقَةٍ وَرَجُلٌ يُحِبُّ لَهُ فِى
مَغْرِبِهَا كَانَ لَهُ نَصِيْبٌ مِنْ ذٰلِكَ عَلَى حَسْبٍ وَتَهْذِيْبِ
مَحَبَّتِهِ (تقريب الأصول : 51)
Artinya : “Kalau ada seorang
‘Arif Billah di tempat terbitnya matahari mengatakan tentang haqiqot, dan salah
satu dan orang yang mencintainya di tempat terbenarnya matahari, maka dia tetap
menerima bagian dan perkataan beliau yang sesuai dengan bagian dan kemurnian rasa cintanya pada Beliau”. (Taqriibul Ushuul hal. 51).
d.
قَالَ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَعَلَّمُوا عِلْمَ الْيَقِيْنِ، وَمَعْنَاهُ جَالِسُوا
الْمُوقِنِيْنَ وَاسْتَمِعُوا مِنْهُمْ عِلْمَ الْيَقِيْنِ عَلَى الْاِقْتِدَاءِ
بِهِمْ لِيَقْوَى يَقِيْنُكُمْ كَمَا قَوِيَ يَقِيْنُهُمْ لِأَنَّهُ قَلِيْلٌ مِنَ
الْيَقِيْنِ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ مِنَ الْعَمَلِ (إحياء علوم الدين 1 ص : 5)
Artinya : “Sabda Nabi SAW:
“Belajarlah kamu semua tentang ilmu yakin (ilmu kesadaran kepada Allah SWT)
Maksudnya Duduklah kamu sekalian bersaing orang-orang yang memiliki keyakinan
(kesadaran) dan dengarkan dari mereka tentang ilmu yaqin, dan senantiasa
ikutilah mereka agar keyakinan (kesadaranmu) menjadi kuat seperti kuatnya
kesadaran mereka. Sebab sedikitnya keyakinan lebih baik dan pada banyaknya
amal”. (Ihyaa
‘Ulumuddin Juz I hal. 5)
e. Sabda Nabi SAW:
لَاتَجْلِسُوا عِنْدَ كُلِّ
عَالِمٍ إِلَّا لِعَالِمٍ يَدْعُوْكُمْ مِنْ خَمْسٍ إِلَى خَمْسٍ؛ مِنَ الشَّكِّ
إِلَى الْيَقِيْنِ وَمِنَ الرِّيَاءِ إِلَى الْإِخْلَاصِ وَمِنَ الْكِبْرِ إِلَى
التَّوَاضُعِ وَمِنَ الرُّغْبَةِ إِلَى الزُّهْدِ وَمِنَ الْعَدَاوَةِ إِلَى
النَّصِيْحَةِ (إحياء علوم الدين 1 ص : 19)
Artinya : “Janganlah kamu
semua duduk di depan setiap orang alim kecuali orang alim yang mengajak
meninggalkan lima perkara untuk melaksanakan lima perkara. 1. Dan ragu-ragu
menuju yaqin, 2. Dan riya’ menuju ikhlas, 3. Dan sombong menuju rendah hati, 4.
Dan cinta dunia menuju zuhud, (hatinya tak terpancang kemewahan dunia), 5. Dan
permusuhan menuju persatuan”.
f. Sayyid Jalal Al - Bukhori mengatakan dalam kitabnya Tuhfatus Sair:
مَنْ تَحَيَّرَ فِى أَمْرٍ
وَتَوَسَّلَ إِلَى الْغَوْثِ يُبَدِّلُ اللهُ عُسْرَهُ بِالْيُسْرِ وَيُخْلِصُ
الْعَجْزَ وَيَنَالُهُ فَرَحٌ وَسُرُوْرٌ (كذا فى تفريج الخاطر : 44-45)
Artinya : “Barang siapa
mengalami kebingungan/kesulitan dalam suatu urusan, dan dia mau tawassul
(istighotsah) kepada beliau Ghouts, maka kesulitannya akan diganti oleh Allah
dengan kemudahan dan akan dihilangkan kelemahannya serta menerima kesenangan
dan kegembiraan”. (Juga
disebutkan dalam kitab Tafnihil Khothir hal. 44 - 45).
VII. KECAMAN BAGI YANG MENGINGKARI/ MENGONTRASI
GHOUTS RA.
a. Menjadi musuh Allah SWT (Lihat Hadits Qudsi dimuka):
مَنْ آذًى لِى وَلِيًّا
فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
b. Terjerumus ke dalam jurang kehinaan;
As-Syaikh Muhammad Al -
Kholily mengatakan:
وَاعْلَمْ أَنَّ
الْاِعْتِرَاضَ عَلَى الْقَوْمِ يَعْنِى الصُّوْفِيَةَ (الْأَوْلِيَاءُ) مِمَّا
يُوْجِبُ الْخِذْلَانَ فَيُوْقِعُ فَاعِلُهُ فِى وَادٍ مِنَ الْخُسْرَانِ (شواهد
الحق : 143)
Artinya : “Ketahuilah,
bahwasannya mengontrasi kaum Syufi (kaum auliyaa) itu, termasuk perilaku yang
mengakibatkan kehinaan, sehingga pelakunya akan terjerumus kedalam jurang
kerugian (kehancuran)”. (Disebutkan
dalam kitab Syawahidil - haq, hal. 142).
c. Dikhawatirkan akan su-ul khotimah pada waktu sakarotul
mautnya:
قَالَ ابْنُ الْحَجَرِ مِنْ
أَئِمَّتِنَا فَمَنِ اعْتَرَضَ عَلَيْهِمْ (اَىْ عَلَى الْأَوْلِيَاءِ) يُخْشَى
عَلَيْهِ سُوْءُ الْخَاتِمَةِ كَمَا وَقَعَ لِكَثِيْرٍ مِنَ النَّاسِ أَنَّهُمْ
مُقِتُوْا بِذٰلِكَ وَلَمْ يُفْلِحُوا (شواهد الحق : 142)
Artinya : “Syaikh Ibnu Hajar
berkata: “Barang siapa mengontrasi para Waliyulloh, maka dikawatirkan akan suul
khotimah (pada waktu sakarotul mautnya) seperti orang-orang yang melakukan hal
tersebut, mereka dimurkai oleh Allah SWT. dan tidak bisa bahagia (di dunia dan
akhiratnya)”. (Dalam
kitab Syawahidil - haq hal. 142).
d. Ditolak dan dimurkai oleh Allah SWT. Sebagian orang ‘Arifin
mengatakan:
فَبِإِيَّاكَ يَاأَخِى إِنْ
تَحْرُمْ اِحْتِرَامَ أَصْحَابِ الْوَقْتِ فَتَسْتَوْجِبُ الطَّرْدَ وَالْمَقْتَ
الخ (تقريب الأصول : 89)
Artinya : “Berhati-hatilah,
wahai saudaraku, kalau kamu menutup kemuliaanya ASHABIL WAQTI (AL-AQTHOB), kau
akan ditolak dan dimurkai (oleh Allah SWT).---
Al
Faatihah 1 x
Sip!
ReplyDeleteterimakasih semoga bermanfaat
DeleteKreeeeeen..salam dari santri ci anjur jabar...ini dari pesantren mana si?
ReplyDeleteKreeeeeen..salam dari santri ci anjur jabar...ini dari pesantren mana si?
ReplyDeleteTerimakasih, salam kenal jugaya, saya dari ponpes kedunglo almunadhdhoroh, kota kediri jawatimur, kalau boleh tau njenengan dari pondok mana?
ReplyDeletesaya dari sukabumi aslinya..trmasuk deket ke pesantren waru doyong dan ci berem.bisa d search di google.alhmdllh untuk saat ini saya belajar nahwu sorof di ci anjur ..deket pesantren besar gentur warung kondang....
ReplyDeleteOowh iya, semoga cepat sukses n ilmunya bermanfaatya,
ReplyDeleteamin amin amin..saya mau tanya..bagaimana hukum hadroh/ketimpling wktu acara rojaban dan maulidan? apakh keterangannya? dan dari kitab apa yg menjelaskannya? saya ingin tau ..di jabar ramay di d pesantren2 menjdi rebutan dan oerbandingan.tapi saya belum menemukan dalil dan keterangannya...mohon infonya kang
ReplyDeleteMaaf mas kalau cuma sekedar bermain hadroh/ketimpling, niatnya untuk Syi'ar / untuk menyadarkan umat fafiruu illalloh warosulihi SAW,tidak masalah ataupun sah sah saja, yang jadi permasalahan itu musicnya dan bagaimana memainkanya, jika musik itu dimainkan hanya untuk bersenang senang dan bahkan iramanya bisa mengandung unsur negatif itulah yang tidak diperbolehkan dan kalau di carikan dalil dan hadisnya ndak ada mas yang ada itu musik,dan untuk musik dalilnya banyak mas bisa di cari di google juga banyak
ReplyDeleteakan tetapi didalam kajian tauhid kitab AL-HIKAM, yang ada itu bunyinya jika kamu mendengarkan sebuah irama syair ataupun musik dengarkanlah yanng syair irama ataupun musiknya yang bernuansa melow (pada saat kita mendengarkan kita bisa ingat dan sadar akan kekuasaan alloh)
syukron..mksh kang
ReplyDeleteAfwan, sama2 mas,
ReplyDeletekang satu lagi ni saya mau tau..bagaimana hukum membaca qur an via aplikasi di layar hp? dan bagaimana hukumnya ketika di sentuh tanpa wudhu dan ketika di bawa ke wc? apakh tidak apa2 menyentuh al qur'an di layar nya tanpa pnya wudu atau haram itu nyentuhnya? syukron ...mohon penjelasannya.butuh refernsi dan kaoluhu nya
ReplyDeletePertanyaanya bagus banget mas, persis yang saya pertanyakan dan saya pelajari dipondok Hukumnya membaca alquran, digital, ataupun alquran yang ad pada aplikasi hp dan sejenisnya, humumnya sah, sah saja tidk diharuskan untuk bersuci, di karenakan alqur'an digital ataupun alpikasi dan sejenisnya terbuat dari sebuah gelombang, elektrik, yang bersifat hanya sementara dan tidak bisa di sentuh secara fisiknya serta diperbolehkan dihapus sewaktu2 sesuai keinginan kita, tentunya hal ini berbeda dengan alquran yang biasanya (mushaf) tidak boleh dihapus dan bisa disentuh fisiknya, sehingga pada saat kita memegang dan membacanya, diharuskan untuk bersuci terlebih dahulu, tentunya jika dipandang dari secara adap itu hal yang berbeda lagi, jika dipandang dari hal adab, jika kita menyebut asmanya, atau kalamnya alloh alangkah bagusnya jika kita berauci terlebih dahulu,
ReplyDeleteAdanya alquran digital, aplikasi elektrik ataupun sejenisnya itu dibuat untuk mempermudah manusia dalam menghafal kalamnya alloh SWT.
semoga jawabanya bisa membantuya dan bermanfaat,
mantap ni akhrnya terpcahkan juga ni mslh...jdi tanpa pnya wudhu juga ga papa gitu kang ya..misalkan d tutup lagi aplksi nya atau mau pindahin halamannya otomatis menyentuh.tapi ga papa ga pnya wudhu juga ya
ReplyDeleteIya mas ndak papa
ReplyDeletekang gmna kabarnya? lama tidak mampir ke sini.ada yg ingin di tanyakan
ReplyDeleteAlhamdulillah baik🙏 mas, silakan kita sama2 belajar mas 👍
ReplyDeleteSalam salim....
ReplyDeletesalam
Delete