Para ulama menjelaskan bahwa iman itu terbagi menjadi 3 bagian :
a. Iman
Qauliyah (ucapan).
Orang yang memiliki iman
tingkat ini, sudah mempercayai adanya Allah Swt Yang Maha Kuasa. Namun kepercayannya hanya sepintas, terwujud
dalam ucapan saja, tanpa memahami sifar dan keberadan-Nya. Mereka tidak
memiliki keinginan untuk memahami lebih jauh tentang keberadaan, kekuasaan dan
kehendak Allah Swt. Dunia bagi mereka,
menjadi penghalang atau hijab bagi Tuhan. Hal ini disebabkan mereka masih
dibungkus oleh 4 nafsu (bahimiyah, sabu'iyah, syaithaniyah dan rububiah).
Firman Allah Swt, Qs. az-Zumar : 38 dan
Qs. Lukman : 25
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ
خَلَقَ السَمَوَاتِ وَالآَرْضَ لَيَقُولَنَّ اللهُ :
Artinya
: “Dan jika kamu (Muhammad) bertanya kepada mereka, siapakah yang menciptakan
langit dan bumi, niscaya mereka menjawab : “ Allah”.
Mereka telah mengerti akan adanya Allah
Swt, namun mereka tidak memahami sifat dan kekuasan-Nya. Hingga mereka
menyekutukan Tuhan dengan lain-Nya sering menganggap Tuhan hanya tempat
pelarian ketika mendapat musibah. Allah swt mengatakan, bahwa mereka seperti
hewan, bahkan lebih keji. Sebagaimana firman Allah Swt, al-A'raaf, 179 :
لَهُمْ
قُلُوبٌ لاَيَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَيُبْصِرُونَ وَلَهُمْ أَذَنٌ
لاَ يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضلُّ, أُولَئِكَ هُمُ
الغَافِلُونَ.
Artinya : “Mereka memiliki hati tapi tidak
digunakan utk berpikir, dan mata yang tidak digunakan untuk melihat, dan
telinga yang tidak digunakan untuk mendengar. Mereka seperti binatang ternak
bahkan lebih tersesat lagi. Merekalah orang-orang yang lalai”.
Dalam
ayat lain, Allah juga memberi peringatan kepada kita, dalam Allah Swt,
al-Anfal, 22 dan 55 :
إِنَّ
شَرَّ الدَوَبِّ عِنْدَ اللهِ الصمُّ البُكْمُ الذِيْنَ لاَيَعْقِلُونَ. إِنَّ شَرَّ الدَوَبِّ عِنْدَ اللهِ الذِيْنَ
كَفَرُوافَهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ
Tuli
= tidak mendengarkan kebenaran yang muncul dari nurani, hanya mendengarkan
bisikan nafsu (linafsih).
Bisu
= sudah mengetahui kebenaran yang
semestinya, tapi tidak mau menjelaskannya.
Tidak
menggunakan akal = yang digunakannya hanya intres kepentingan diri (intres
atau ego).
Kafir
= orang yang akal dan hatinya tertutup oleh mahluk, hingga tidak memahami
keberadaan kepada Allah.
Peringatan Allah diatas,
harus benar-benar kita perhatikan. Sebab keuntugannya untuk
kita sendiri. Hati yang kita miliki, harus kita manfaatkan sesuai funsinya
yakni untuk mentafakkuri kehidupan ini dan untuk benarr-benar menyadari
kehadiran Allah. Dan mata hati, kita gunakan untuk melihat Allah dan
kekuasaan-Nya (ihsan), dan telinga hati kita gunakan untuk mendengarkan
perintah Allah (lillah) dan bukan untuk mendengarkan perintah nafsu (linafsih).
Bagi orang yang berakal, alam dicipta
Allah Swt, sebagai bukti kehadiran-Nya. Ali Imran : 190 – 191 :
إنَّ فِي خَلْقِ السموَاتِ والأرْضِ وَخْتِلاَفِ اللَيْلِ
وَالنَهَارِ لآيَاتٍ لأُولِي الأَلْبَابِ. الذِيْنَ يَذْكُرُونَ اللهَ قَيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السموَاتِ والأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ
فَقِنَا عَذَابَ النَارِ
Akibatnya jika ada kesulitan kita
mendekat kepada Allah, tapi jika sukses, menyekutukan-Nya. Yunus : 12 :
وَإِذَا مَسَّ اللآنْسَانُ الضُرُّ
دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا اَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ
ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَاإِلَى ضُرٍّ مَسَّـهُ كَذَالِكَ زُيِّنَ
لِلْمُسْرِفِيْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
b. Iman ilmiyah.
Orang yang memiliki iman ilmiyah, keimanan kepada Allah sudah cukup baik. Tapi
baru tingkat kepercayaan, belum memasuki atau merasakan kondisi kesaksian
(musyahadah). Berdasar ilmiyah dan bukti-bukti pengalaman yang dimiliki mereka
meiliki keyakinan yang kuat. Mereka sudah dapat mengatakan bahwa pencipta dan
pemilihara alam itu satu dan Esa. Namun, karena masih bersifat prasangka (belum
membuktikan), kita masih sering terjebak syirik. Firman Allah Swt. Al-An'am 116
:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأَرِضِ
يَضِلُّوكَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ, إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظّنَّ وَإِنْ إِلاَّ
يَخْرُصُونَ.
Artinya : “Jika kamu mengikuti
kebanyakan orang yang ada dibumi, maka kamu
pasti akan tersesat. Tidak ada yang mereka ikuti kecuali hanya
prasangka. Dan tidaklah mereka kecuali berbohong”.
Rasulullah
Saw bersabda (Jami'us Sahghir, bab alif)
:
أَكْثَرُ
مُنَافِقِي أُمَّتِى قُرَاءُهَا. أحمد والطبراني والبيهقي حسن
Sabda Rasulullah (kasyful khafa',191):
إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا فَقَّهَهُ
فِي الدِيْنِ وَزَهَدَهُ فِي الدُنْيَا وَبَصَرَهُ عُيُوبَهُ. رواه البيهقي
Dari
Ibnu Umar, Rasulullah
Saw bersabda (RS, kitab al-umuurul-manhi, bab tahrimul-ghibah, nomer
hadis 8) :
c. Iman Dzauqiyah (musahadah).
Ketiga iman ini wajib ain bagi setiap
mukmin untuk mencapainya
Pelaksanaan iman, islam dan ihsan.
Sebagaimana diterangkan dalam HR. Imam Bukhari dari Abui Hurairah.
كَانَ
النَبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا للنَاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ : مَالإِيْمَانُ ؟.
قَالَ : الإِيْمَانُ أَنء تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَبِلِقَائِهِ وَتُؤْمِنَ بِالبَعْثِ.
قَالَ : مَا للإِسْلاَمُ ؟. قَالَ : الإِسْلاَمُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَلاَ
تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمَ الصََلاَةَ وَتُؤَدِّيَ الزَكَاةَ وَتَصُومَ
َمَضَانَ. قَالَ : مَا الإِحْسَانُ ؟. قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ
تَرَاهُ, وَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. *** * (مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ
أََحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ, وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ).
Firman
Allah Swt, Yunus, 7 - 8 :
إِنَّ
الذِيْنَ لاَ يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالحَيَاةِ الدُنْيَا وَاطْمَأَنُّوا
بِهَا وَالذِيْنَ هُمْ عَنْ أَيَاتِنَا غَافِلوْنَ. أُولَئِكَ مَاْوىهُمُ الناَرُ
بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Iman bersihnya dan tersingkapnya batin
dari belenggu nafsu riya, ujub, takabbur dan syirik menyekutukan
Allah Swt dengan mahluk-Nya. hingga kepada Allah Swt, kita dapat meyakini
seyakin-yakinnya dan merasakan keberadaan, kehadiran serta kekuasaan-Nya
sebenar-sebenarnya.
Iman musyahadah ini, dapat dicapai
melalui riyadloh latihan jiwa menghilangkan kotoran-kotoran jiwa dari nafsu
yang tercela dan kemudian menggantinya dengan nafsu yang terpuji, serta harus
sungguh-sungguh memanjatkan doa permohonan pertolongan dan hidayah Allah Swt wa
Rasulihi Saw. Latihan jiwa (riyadlah) tersebut dalam perjuangan wahidiyah
diwujudkan dengan ajaran wahidiyah (lillah billah, lirrasul birrasul dan
lilghauts bilghauts).
Meningkatkan iman dengan memanjatkan doa
ini merupakan perintah Allah Swt. Hadis Ibnu Umar
إِنَّ
اللهَ خَلَقَ خَلْقَهُ فِي ظُلْمَةٍ فَأَلْقَى عَلَيْهِمْ مِنْ نُورِهِ فَمَنْ
أَصَابَهُ مِنْ ذَالِكَ النُورِ يَوْمَئِذٍ اهْتَدَى وَمنْ أَخَطَأَهُ ضَلَّ. رواه أحمد والترميذي والحاكم
Penolong hanyalah Allah Swt, Az-Zumar : 44 menjawab :
قُلْ للهِ الشَفَاعَةُ جَمِيْعًا لَهُ مُلْكُ السَمَوَاتِ
وَالاَرْضِ ثُمَّ اِلَيْهِ ترْجَعُونَ
Artinya
: “Katakanlah : hanya kepunyaan Allah semua syafa’at (peretolongan) itu.
Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kamu semua
dikembalikan”.
No comments:
Post a Comment